BAB I
PENDAHULUAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model
dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran. Karena model-model dan
pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa untuk kita sebagai
pelajaran untuk menjdi lebih efektif dalam belajar. Tentunya seorang
guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta menerapkankannya dalam
proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian efektivitas pembelajaran
matematika akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Tentunya,
model dan pendekatan yang diterapkan harus juga dilihat berdasarkan
kepada tingkat psikologi dari setiap pembelajaran sehingga siswapun
dapat mengaplikasikan dan menerapkannya sesuai dengan kemampuan daya
berpikir mereka. Pada bagian pembahasan kali ini saya akan menjelaskan
tingkat kedalaman atau pendekatan dan model apa saja yang digunakan
dalam pembelajaran matematika tersebut. Dalam hal ini, tentunya seorang
guru harus memiliki sikap yang mengerti dan mengetahui akan kemampuan
dalam menyampaikan materi atau model pembelajaran yang akan digunakan.
Diamana, jika seorang guru tidak memperhatikan tahap perkembangan dan
apa yang dialami siswa akibatnya akan mengalami kesulitan karena cara
penyampaian model yang diterapkan tidak sesuai/tidak bisa diserap oleh
siswa pada saat pembelajaran.
Karena
itu, begitu pentingnya pengetahuan tentang bagaimana pembelajaran akan
pendekatan model yang akan dapat dimengerti. Sebab itu, disini saya akan
menguraikan model-model pembelajaran pada matematika yang saya lihat
berdasarkan hasil pengamatan melalui menonton dari model pendekatan
pembelajaran matematika. Dengan apa yang akan saya uraikan tentang model
pembelajaran matematika diharapkan dapat memahami dan menerapkan model
yang cocok dalam pelakasanaan pembelajaran matematika.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang saya lihat melalui CD model pembelajaran pada
matematika ada beberapa model yang dapat saya kemukakan dan jelaskan
yaitu:
2.1 Conseptual Multi Model
Pada
conseptual multi model ini dilakukan pada SLTP N 32 Surabaya dimana
model pembelajaran yang digunakan beraneka ragam dan sangat menarik
minat anak untuk melakukan suatu pembelajaran pada matematika. Sehingga
pada model ini anak dituntut untuk dapat secara kreatif, dan inovatif
mengembungkan daya berpikir mereka dalam memahami dan memecahkan suatu
permasalahan yang ada. Terutama dalam dunia matematika, sehingga dengan
dapat memecahkan masalah yang ada dapat mengembangkan diri dan motivasi
pada mereka masing-masing oleh karena itu, bentuknya keberhasilan akan
model conseptual multi model dapat tercapai jika ditentukan oleh
beberapa aspek atau dapat dilihat dari hal dibawah ini, yaitu :
2.1.1 Situasi Kelas
Pada
model pembelajaran ini yaitu conseptual multi model situasi kelas yang
tergambar pada pelaksanaan model ini sangat dikelola dengan baik dan
kondusif dan terlihat proses interaksi dan adanya kerjasama yang baik
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga tidak terlihat
bosan dan monoton. Namun, hal ini juga tergantung dari guru bagaimana
membuat suatu keadaan yang nyaman dan menyenangkan pada siswa itu.
2.1.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Model Conseptual Multi Model
Pada
model conseptual model ini adanya tahapan penyampaian yang dilakukan,
dimana guru mengambil materi yang akan diajarkan tentang statistik oleh
guru yang bernama Bpk. Samri, Tahapannya, Yaitu :
a. Fase I (menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)
Pada
tahapan ini guru sebagai pelaku dalam pembelajaran matematika
memberikan pengarahan akan materi dan maksud yang akan diajarkan
sehingga siswa lebih memahami akan kearah mana mereka untuk melakukan
proses pembelajaran sehingga dengan demikian mereka tidak akan mengalami
kesulitan karena sudah dijelaskan dari awal tentang apa yang akan
mereka pelajari. Sehingga pada khirnya, memotivasi keingintahuan pada
siswa tentang hal-hal yang belum mereka ketahui akan materi yang akan
disampikan dan pada khirnya menumbuhkembangkan daya berpikir mereka akan
materi yang diberikan oleh guru tersebut.
b. Fase II (Menyajikan Data)
Fase
ini lebih kepada pengelolaan kelas yang ada, maksudnya pada saat guru
telah menyampaikan maksud dari proses pembelajaran itu maka setiap kelas
yang ada dibagi oleh beberapa kelompok sesuai dengan pembagin guru
untuk berdiskusi berdasrkan kelompok itu akan maslah yang dihadapinya.
Dengan pembagian kelompok ini diharapkan agr setiap siswa yang telah
dibagikn kelompoknya dapat mengkomunikasikan dan menyajikan data dengan
anggotanya sesuai materi dan tujuan yang akan diharapkan sehingga dengan
adanya diskusi kelompok kecil ini siswa dapat menyajikan, menganalisis,
dan memecahkan berbagai masalah penting pada data yang telah disiapkan
sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi dengan
baik.
c. Fase III (Mengarahkan Permasalahan Yang Telah Ada)
Dalam
hal ini inti dari fase ini adalah lebih bagaimana guru memberikan suatu
kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada bersama kelompok yang
telah dibagi oleh dewan guru, dan selanjutnya siswa melakukan pengamatan
langsung kepada objek dari permasalahan itu sesuai dengan objek/fakta
yang ada dilingkungan sekitar mereka saja. Sehingga dengan adanya objek
yang mereka amati siswa dapat menemukan akan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada namun disamping itu adanya juga pengarahan akan
keputusan yang mereka ambil akan masalah itu. Dengan demikian siswa akan
lebih diberdayakan kepada pengetahuaannya yang ada pada diri mereka
tersebut. Setelah itu, dari hasil mereka mempresentasikan masalah yang
ada seorang guru kiranya memberikan suatu pujian atau penguatn yang
positif berdasarkan teori Skinner dengan adanya penguatan yang positif
itu diharapkan dapat meningkatkan kepekaan perilaku dan respon akan
proses dan pembelajaran Matematika itu.
d. Fase IV + V (Membimbing Kelompok Untuk Bekerja dan Belajar)
Pada
fase ini membimbing dalam menafsirkan dari hasil pengamatan akan
masalah yang dialaminya serta memecahkan secara bersama-sama dari
masalah itu. Jika, salah satu dan kelompok ada yang tidak mengerti
akanmaksud an masalah itu maka kelompokitu dapat mengajukan pertanyaan
seputar masalah yang ia alami. Dan guru memberikan suatu respon/masalah
yang positif kepada siswa itu dengan memberikan tanggapan yang positif
kepada siswa itu dengan memberikan suatu pujian atau rasa kepedulian
akan masalah yang dialami oleh anak itu. Hal ini, dimaksudkan agar dapat
meningkatkan perilaku dan respon anak itu sehingga dengan itu anak akan
terus menggali dan mencari informasi dari permasalahan yang telah ada.
Selanjutnya
setelah kelompok itu mengajukan dan mempresentasikan dari hasil masalah
yang dia alami maka diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
mengemukakan pendapatnya atau membentuk memberikan informasi akan
penyelesaian masalah yang ada sehingga proses pembelajaran pada
matematika menjadi proses pembelajaran yang bermakna dan penuh dengan
penemuan akan hal-hal yang baruyang dapat mengembangkan proses berpikir
dari siswa itu berdasarkan teori Ausubel itu.
e. Fase VI (Mengajak Siswa Berdiskusi dan Memantapkan Materi Pembelajaran)
Pada
fase ini saat siswa yang telah diberikan suatu permasalahan yang ada
maka tahapan ini siswa lebih diajak untuk memahami maksud atau materi
yang disampaikan yang lebih kepada merangkum secara global atau
menyeluruh akan permasalahan yang ada. Tentunya pendekatan yang ada
diarahkan sesuai dengan pemikiran siswa dan ide-ide yang dikembangkan
oleh siswa itu sehingga daya berpikir mereka dapat berjalan dengan
leluasa dengan baik. Dengan adanya diberikan keleluasaan berpikir dan
memahami akan permasalahan yang ada siswa tersebut akan memiliki
motivasi dan minat yang tinggi akan pembelajaran matematika itu.
f. Fase VII (Memberikan Penghargaan)
Fase
ini setelah semua kelompok dari awal fase I – VI maka guru menilai dan
melihat dari hasil kerja yang mereka lakukan berdasarkan pengamatan akan
masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan pengamatan akan
masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan suaut
reward/penghargaan atas pekerjaan yang mereka alami penghargaan ini
berupa pujian yang positif sehingga dapat merespon stimulus daya anak
itu akan tindakan yang dilakukannya sehingga dengan adanya suatu pujian
maka akan membuat anak itu menjadi penuh semangat dalam mengatasi
permasalahan yang dialaminya.
2.1.3 Kelebihan
Pada model pembelajaran matematika di atas yaitu Conseptual Multi Model adanya beberapa kelebihan yaitu:
1. Konsep pembelajaran pada matematika akan menarik dan lebih kreatif
2. Pembelajaran pada matematika itu akan mengembangkan
3. Pembelajaran
pada matematika pada model ini dapat menciptakan keterampilan,
menyelidiki dan pemecahan akan masalah yang dialami pada dunia
matematika.
2.2 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK”
Pada
model pembelajaran konseptual berbasis “KBK” yang dilakukan pada SLTPN
32 Surabaya pada materi yang disampaikan mengenai perbandingan oleh Bpk.
Conny dimana model pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pemecahan
akan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dan daya kemampuan pada
setiap individu akan pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga disini
dituntut untuk belajar mandiri dan bersikap positif terhadap matematika
dan tahu bagaimana semestinya belajar.
2.2.1 Situasi Kelas
Pembelajaran
konseptual berbasis “KBK” lebih dititik beratkan kepada pembelajaran
yang sifatnya mandiri dan hal ini terlihat dari situasi kelas yang
mendukungnya dimana proses pembelajaran berjalan secara aktif dan penuh
dengan interaktif antara guru dan siswa sebagai proses dari pembelajaran
sehingga tidak pasif.
2.2.2 Fase-fase/Tahapan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a) Fase I (Orientasi Siswa Kepada Masalah)
Pada
fase ini siswa menanyakan tentang masalah yang berhubungan dengan yang
dia alami. Dimana, siswa dicoba untuk mengetahui komponen-komponen atau
hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang ada sehingga siswa dapat
mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian,
siswa dapat berpikir secara luas tentang masalah yang terkait dan
berpikir secara inovatif akan permasalahan yang ada.
b) Fase II (Mengorganisasi Siswa Untuk Belajar)
Fase
ini lebih dikondisikan kepada suatu situasi kelas yang lebih
menciptakan suatu kelompok yang dapat memecahkan akan masalah yang ada
sehingga siswa dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan belajar dari
permasalahan yang dialaminya dengan demikian dapat menciptakan suatu
karakter dari setiap perilaku orang dan anak itu terhadap materi yang
akan diberikan pada setiap kelompok itu.
c) Fase III (Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok)
Pada
fase ini guru memberikan suatu pengarahan akan materi yang telah
disampaikan. Dan guru mencoba bertanya kepada tiap-tiap kelompok akan
kesulitan yang dialaminya berdasarkan materi yang telah diberikan.
Sampai benar-benar guru itu membimbing dan memberikan pengaruh dengan
melakukan pengawasan secara individual maupun kelompok dengan membimbing
dan melakukan penyelidikan akan membuat siswa itu mendapatkan suatu
penguatan yang positif bagi diri mereka, mengembangkan sikap tanggap
mereka terhadap masalah yang ada. Serta membantu mereka dalam
mengembangkan ide-ide akan hal yang mereka punyai.
d) Fase IV (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)
Pada
hal ini setelah guru membimbing dan melakukan suatu penyelidikan akan
masalah yang dihadapinya sehingga apa yang ada telah didapatnya
dikembangkan berdasarkan kemampuan dan keahlian yang didapatnya. Pada
hal ini, materi yang telah diberikan dipersentasikan oleh semua kelompok
untuk menyajikan hasil materi yang telah dipahaminya. Disini, kelompok
lain memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan oleh kelompok yang
mempresentasikan sehingga adanya suatu hubungan timbal balik dalam
proses pembelajaran. Sehingga, pengembangan akan informasi yang didapat
tidak berpaku pada hal yang menoton tetapi lebih beraneka ragam. Dengan
demikian adanya kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas terhadap
data yang diberikan sehingga adanya suatu hubungan dan pengalaman akan
hasil yang didapatnya.
e) Fase V (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah)
Disini
materi yang telah dijelaskan kepada siswa guru menanyakan kepada tiap
kelompok akan apa yang telah mereka dapatkan berdasarkan apa yang telah
mereka kerjakan sehingga guru mencoba meriview dan melakukan suatu
pengulangan akan apa yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan agar
masalah yang mereka dapatkan menjadi suatu belajar yang bermakna dan
penuh dengan pengertian sehingga mereka dapat menyimpulkan akan apa yang
telah mereka ketahui secara mandiri dan dalam hal ini dapat menumbuhkan
kembangkan kecerdasan dan daya intelektual pada setiap siswa.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Disini
guru menilai dari hasil yang telah terjadi selama proses pembelajaran
dikelas melalui kegiatan dan prses interaksi yang berlangsung seperti
keaktifan bertanya, menyangga sehingga guru mencoba memberikan suatu
penghargaan yang luar biasa kepada siswa yang melakukan proses interaksi
selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar penghargaan yang
diberikan baik ucapan pujian atau apapun dapat mengembangkan motivasi
dan rasa bergembira si siswa yang pada akhirnya siswa bersemangat dan
adanya motivasi yang lebih lagi untuk dapat mempertahankan prestasi dan
penghargaan yang ada pada dirinya.
2.2.3 Kelebihan
Model
pembelajaran Conseptual berbasis KBK tentu sangat bermanfaat sekali
dalam proses pembelajaran terutama pada matematika, yaitu:
1. Mengembangkan sikap mandiri siswa dalam menemukan dan mencari akan permasalahan yang ada.
2. Memberikan penguatan yang positif kepada anak untuk dapat meyakini dirinya akan hal-hal yang berat danpenuh rintangan.
3. Memberikan
suatu sikap/perilaku pembiasaan akan suatu hal sehingga siswa terbiasa
untuk mengerjakan soal yang beraneka ragam dan soal yang sulit
sekalipun.
2.3 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK” Melalui Pengajaran Langsung
Model
pembelajaran pada matematika terutama pada pembelajaran langsung sangat
membuat sikap kreatif dan inovatif pada pemikiran setiap siswa sehingga
anak dapat leluasa dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung secara aktif, kreatif, dan berfikir secara
intelektual dalam setiap proses pembelajaran terutama pada pembelajaran
matematika.
2.3.1 Situasi Kelas
Pembelajaran
melalui pengajaran langsung berlangsung secara baik dan tertib sehingga
kenyamanan dalam belajar dapat tercipta dengan baik dan luar biasa.
Selain itu, juga anak-anak maupun siswa belajar itneraktif dan penuh
dengan daya berpikir yang luar biasa sehingga situasi kelas yang ada
tidak menoton akan suatu hal.
2.3.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Konseptual berbasis “KBK” melalui pengajaran langsung
a) Fase I (Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa)
Pada
fase ini guru mencoba membuka pikiran siswa terhadap materi yang akan
disampaikan sehingga guru mengajak siswa mengarah kepada konsep yang
akan disampaikan langsung kepada siswa itu. Dengan demikian siswa diajak
untuk dapat mengerti dan membuka akan apa yang telah
dipikirkan/dimiliki oleh siswa itu.
b) Fase II (Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan)
Siswa
diajak bisa memecahkan masalah yang dihadapi dan mencoba menjelaskan
kepada guru dan teman-temannya itu dengan demikian dapat menimbulkan
pengetahuan dan pemahaman bagi siswa itu dan orang yang ada bersama dia
juga. Hal ini dapat menciptakan suatu keadaan
yang dapat melibatkan siswa dalam memahami proses penalaran, mendapatkan
balikan mengenai pemahaman siswa, dan dapat membimbing siswa kepada
suatu konsep penalaran bagi dirinya.
Dengan
demikian guru melukiskan pemahaman dan pengetahuan tentang materi yaitu
mengurutkan pecahan dan selanjutnya persoalan diberikan untuk
dipecahkan secara bersama-sama berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
itu. Namun, pendemontrasian yang ada harus berdasarkan secara garis
besar sesuai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
pengarahan dan pembimbingan akan masalah yang ada.
c) Fase III (Membimbing Pelatihan)
Disini
guru, memberikan langsung kepada objek permasalahan yang akan diamati
siswa secara berpasangan dan setelah itu guru membimbing dan melihat
siswa itu berdasarkan materi yang telah dikerjakan oleh siswa sambil
membimbing dan memberikan arahan terhadap permasalahan yang dihadapinya.
Sehingga dengan membimbing adanya suatu komunikasi dan proses interaksi
diantara guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada secara
bersama-sama. Dengan demikian hal ini dapat mengembangkan dan membina
kerja sama dan proses pemikiran yang saling timbal balik diantara guru
dan siswa.
d) Fase IV (Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik)
Pada
fase ini setelah adanya proses membimbing untuk mengarahkan kepadahal
yang ada selanjutnya materi yang telah disampaikan pada awal
pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami akan
permasalahan yang ada sehingga walaupun diberikan permasalahan yang baru
siswa akan penuh dengan kesiapan menghadapi permasalahan yang ada itu
dengan seoptimal mungkin. Selanjutnya pemahaman yang telah ada tadi
diberikan lagi kepada si anak lebih kepada permasalahan yang baru dan
lebih sulit namun berdasarkan kepada apa yang telah dimilikinya sehingga
dapat mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa apakah sudah mengerti
atau masih perlu adanya pembimbing akan permasalahan yang dihadapinya
sekarang ini.
e) Fase V (Memberikan Kesepakatan Untuk Pelatihan dan Penerapan)
Fase
ini lebih didasarkan akan pengembangan kemampuan yang telah didapatnya
sesuai permasalahan yang telah diberikan. Sehingga permasalahan yang
telah ada dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan daya ingatan mereka
akan masalah yang ada itu. Disini, dituntut untuk dapat
menyelesaikannya dengan cepat dan cermat sesuai dengan fakta-fakta yang
telah diterapkannya. Namun, kesempatan yang ada harus diperhatikan akan
waktu yang ada sehingga tepat dan sesuai.
Kesempatan
untuk berlatih dan menerapkannya tentunya perlu adanya keterampilan
secara rutin sehingga dengan adanya keterampilan itu akan meningkatkan
daya ingat dan penerapan dalam memahami latihan yang akan dipecahkan.
Hal ini, sejalan dengan pengerjaan akan menimbulkan suatu pengajaran dan
penerapan yang baik akan latihan yang diberikah oleh guru aupun dosen
yang ada.
2.3.3 Kelebihan
Model
pembelajaran konseptual berbasis KBK melalui pengajaran langsung memang
diperlukan adanya pengarahan karena itu adanya kelebihan pada
pembelajaran ini adalah:
1. Guru dapat memberikan apa yang dia kuasai kepada muridnya sehingga adanya timbal balik didalam proses pembelajaran
2. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah sehingga daya berpikir mereka semakin berkembang dan baik.
3. Dapat menciptakan suatu pembiasaan perilaku yang baik terhadap pemecahan masalah yang luar biasa sulitnya.
2.4 Pembelajaran Dengan Kooperatif
Pembelajaran
dengan kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dapat membantu siswa
meningkatkan sikap positif siswa dalam dunia matematika. Sehingga dengan
adanya sikap positif dapat membangun rasa kepercayaan diri mereka.
Bahkan dengan sikap positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap
matematika yang banyak dialami oleh siswa.Pembelajaran dengan sikap
positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak
dialami oleh siswa. Pembelajaran dengan kooperatif dapat meningkatkan
berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah.
2.4.1 Situasi Kelas
Pada
pembelajaran kooperatif yang saya lihat melalui CD materi pembelajaran
di Lab. Untirta pada saat itu, guru Fitriani menerangkan materi
statistika tentang ukuran pemusatan. Disini, terlihat adanya interaktif
dan kerjasama didalam kelas sehingga proses pembelajaran terlihat aktif
dan penuh antusiasme. Karena, saat itu dibagi oleh beberapa kelompok
dimana kelompok itu diberikan kesempatan untuk berinteraksi, dengan
kelompok lain untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga pada kelas
yang menerapkan kooperatif ini terjadi adanya suatu keterbukaan ide
dalam menyampaikan gagasan.
2.4.2 Fase-fase / Tahapan dalam Pembelajaran Melalui Kooperatif
a) Fase I (Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)
Pada
fase ini guru merumuskan dahulu materi yang ada secara garis besar
untuk disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan pemikiran
siswa. Guru memiliki beberapa orang siswa sebagai media dalam
penyampaian tujuan yang akan dibicarakan.
Selanjutnya
siswa dibawa untuk memahami suatu masalah yang ada dengan dibagi
beberapa kelompok, setelah itu guru memberikan masukan akan
pengerjaannya sehingga membuat kemampuan motivasi yang tinggi kepada
siswa.
b) Fase II (menyajikan informasi)
Fase
ini, lebih menekankan kepada penjelasan akan maksud dan pengertian dari
materi yang akan dibahas dengan menggali informasi yang ada secara
bersama-sama. Dengan menggali informasi yang ada maka dapat membuka
pengetahuan dan pemahaman akan materi yang akan disampaikan oleh guru
kepada siswa itu, sehingga informasi yang ada digali bersama-sama oleh
siswa secara kelompok yang telah dibagikan.
c) Fase III (Mengorganisasikan siswa dalam kelompok)
Guru,
memilih kelompok yang telah dibagikan secara heterogen sehingga tidak
adanya deskriminasi terhadap kelompok yang pandai atau cenderung yang
lebih aktif. Disini guru membimbing sampai mengelola kelompok yang ada.
Guru melihat apakah kelompok yang sudah dapat secara interaktif membahas
masalah yang ada jika kelompok yang ada cenderung siswanya pendiam maka
guru harus mengkoordinasikan dan mengelola kelompok yang terbatas
dengan pemikiran para siswanya.
d) Fase IV (Membimbing kelompok untuk bekerja dan Belajar).
Pada
fase ini guru memberikan suatu kelompok dalam hal ini kelompok yang ada
diajak untuk memecahkan suatu permasalahan yang disampaikan oleh guru
secara kelompok. Tentunya masalah yang disiapkan oleh guru harus dibuat
sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara
anggota yang satu dan anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah.
Disini, guru dituntut untuk mengarahkan membimbing dalam pengambilan
langkah untuk pemecahan masalah yang ada sehingga siswa diajak juga
untuk sambil mengetahui tingkat kemampuan yang dialami oleh kelompok
dengan demikian guru dan siswa saling bekerja sama dalam mengatasi
masalah yang ada itu.
e) Fase V (Evaluasi)
Pada
fase ini, setelah guru dan siswa membimbing setiap masalah yang telah
ada siswa diajak untuk mengevaluasi dan mempresentasikan dari hasil yang
telah diuat dan dikerjakan oleh kelompok yang ada sehingga mengingatkan
siswa untuk mengulang akan apa yang telah didapatnya dari pemahaman
pemikirannya sendiri. Dengan demikian, siswa mengetahui apa yang salah
dan kurang pada dirinya yang akan dirangkum dan ditambahkan oleh guru
sebagai pusat dari proses pembelajaran.
Setelah
siswa telah mempresentasikan semua materi akan permasalahan yang ia
alami guru disini, hanya menjelaskan secara keseluruhan akan apa yang
telah disampaikan berdasarkan kekurangan yang ada dan materi yang telah
dipresentasikan tadi. Dengan demikian, guru menyimpulkan dan membuat
penyelesaian akan permasalahan yang ada sebagai hasil dari pencepatan
tujuan.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Setelah
guru menyimpulkan semua permasalahan yang telah dialami. Selanjutnya
guru melihat akan apa yang telah diperoleh dari pemahaman yang didapat
oleh siswa itu disini. Guru melihat dari aspek keaktifan dan
bersosialisasi terhadap apa yang telah ia pahami yang pada akhirnya
dapat membuka suatu pengetahuan guru pada dirinya. Sebagai penambahan
semangat belajar guru pada dirinya. Sebagai penambah semangat belajar
guru memberikan suatu penghargaan berupa ucapan selamat kepada kelompok
yang telah banyak memberikan masukan dan pendapatnya. Sehingga dengan
pemberian ucapan kata-kata yang bagus dapat menggembirakan dan membuat
siswa suka dengan pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan respon
yang lebih mengarah kepada peningkatan motivasi siswa tersebut untuk
lebih rajin belajar lagi dan siswa itu dapat mempertahankan akan apa
yang telah ia dapatkan melalui penguatan positif yang didapatnya oleh
guru itu.
2.4.3 Kelebihan
Pembelajaran dengan kooperatif pada intinya dapat meningkatkan kepekaan kita kepada orang lain. Maka kelebihanya adalah:
1. Adanya
suatu kerjasama yang baik diantara siswa dalam memecahkan permasalahan
yang ada dengan membebaskan siswa tersebut dalam mengemukakan pendapat
dan ide-idenya.
2. Dapat membantu para siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika
3. Dapat
membuat siswa untuk menerima setiap pendapat lain dari siswa lain
sehingga mengurangi rasa minder akan siswa yang kurang pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar