I n d i k
a t o r
• Peserta didik mampu mengidentifikasi sifat asam, basa, dan garam dengan
menggunakan indikator yang sesuai.
Buah-buahan
yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan
tersebut disebabkan karena zat kimia yang terkandung di dalamnya yang biasa
disebut asam. Secara kimia, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam
yang bermuatan negatif. Beberapa asam yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1 berikut ini.
2. Basa
Basa
adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH–). Ion
hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron
pada saat dimasukkan ke dalam air. Basa dapat menetralisir asam (H+) sehingga
dihasilkan air (H2O). Sabun merupakan salah satu zat yang bersifat basa.
Perhatikan tabel 2.2 berikut ini!
Sifat
asam berbeda dengan sifat basa suatu zat. Perbedaan sifat asam dan basa dapat
kamu lihat pada tabel 2.3 berikut ini.
3. Garam
Garam
adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa
contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain. Dalam
kehidupan sehari–hari tentu kamu tidak asing dengan garam. Contoh garam adalah
garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak. Tahukah kamu
dari mana garam dapur tersebut diperoleh? Garam dapur dapat diperoleh dari air
laut. Petani garam membuatnya dengan cara penguapan dan kristalisasi. Garam
yang diperoleh kemudian diproses iodisasi (garam kalium, KI) sehingga diperoleh
garam beriodium. Garam dapur juga dapat diperoleh dengan cara mencampur zat
asam dan basa. Mengapa demikian? Asam bereaksi dengan basa membentuk zat netral
dan tidak bersifat asam maupun basa. Reaksi antara asam dan basa dinamakan
reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam klorida bereaksi dengan natrium
hidroksida (soda api) akan membentuk garam dapur dan air. Jika dengan menggunakan
proses penguapan, maka air akan menguap dan tersisa endapan garam dapur saja.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Asam Basa Garam dapur Air
Reaksi
kimia yang dapat menghasilkan garam, antara lain:
• Asam + basa menghasilkan garam + air
• Basa + oksida asam menghasilkan garam + air
• Asam + oksida basa menghasilkan garam + air
• Oksida asam + oksida basa menghasilkan garam
• Logam + asam menghasilkan garam + H2
Reaksi
penetralan berguna bagi manusia, antara lain produksi asam lambung (HCl) yang
berlebihan dapat dinetralkan dengan menggunakan senyawa basa Mg(OH)2.
Para petani menggunakan reaksi penetralan agar tanah yang terlalu asam dan
tidak baik bagi tanaman dapat menjadi netral dengan menambahkan senyawa basa
Ca(OH)2 atau air kapur. Pasta gigi mengandung basa berfungsi untuk
menetralkan mulut kita dari asam, yang dapat merusak gigi dan menimbulkan bau
mulut.
B Identifikasi Asam, Basa, dan Garam Indikator
• Peserta
didik mampu mengelompokkan bahan-bahan di lingkungan sekitar berdasarkan konsep
asam, basa, dan garam serta mempresentasikannya.
Berdasarkan
sifat asam dan basa, larutan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
bersifat asam, basa, dan netral. Sifat larutan tersebut dapat ditunjukkan
dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang menghasilkan
warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara menentukan senyawa bersifat
asam, basa atau netral dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau
larutan alami. Misal, lakmus merah dan biru. Berikut pengelompokkan jenis
indikator asam–basa dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Lihat
tabel 2.5 di bawah ini.
Lakmus
digunakan sebagai indikator asam-basa, sebab lakmus memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:
1. Lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam ataupun
basa.
2. Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara sehingga dapat tahan lama.
3. Lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk lakmus
kertas. Lakmus adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lumut kerak.
Selain
menggunakan indikator buatan, dipakai pula indikator alami untuk mengelompokkan
bahan-bahan di lingkungan berdasarkan konsep asam, basa, dan garam. Indikator
alami, seperti : bunga sepatu, kunyit, kulit manggis, kubis ungu atau
jenis bunga-bungaan yang berwarna. Ekstrak bahan-bahan tersebut dapat
memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa.
Perhatikan
tabel 2.6 warna ekstrak kubis ungu dalam larutan asam, basa, dan netral.
Sifat
asam ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami
menjadi warna kemerahan, sedangkan sifat basa ditunjukkan oleh perubahan warna
indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kebiruan atau kehijauan.
C Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan
I n d i k
a t o r
· Peserta didik mampu menentukan derajat keasaman dan kebasaan suatu larutan
dengan menggunakan alat sederhana.
Pada
umumnya semua asam dan basa mempunyai sifat tertentu. Misal, terdapat beberapa
asam yang aman digunakan untuk obat tetes mata atau diminum, tetapi terdapat
juga asam yang dapat merusak jaringan kulit dan logam. Semua basa juga memiliki
sifat tertentu, misal kita menggunakan pasta gigi untuk membersihkan gigi dan
menghilangkan bau mulut, sebaliknya natrium hidroksida digunakan untuk
pembersih saluran dan berbahaya jika terkena kulitmu. Jumlah ion H+ dalam air
digunakan untuk menentukan sifat derajat keasaman atau kebasaan suatu zat.
Semakin zat tersebut memiliki keasaman tinggi, semakin banyak ion H+ di dalam
air. Sedangkan semakin tinggi kebasaan zat tersebut, semakin banyak ion OH–
dalam air. Untuk menentukan harga pH dan pOH biasa digunakan indikator
universal yang dapat memperlihatkan warna bermacam-macam untuk tiap pH.
Indikator universal dilengkapi dengan cakram warna, sehingga warna dan hasil
reaksi dapat ditentukan pHnya dengan mencocokkan warna tersebut. Selain itu, pH
meter juga dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan
suatu zat.
Indikator
universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator asam dan basa yang
dapat berubah warna setiap satuan pH. Terdapat dua macam indikator universal
yang digunakan, yaitu berupa larutan dan kertas. Jenis indikator universal
larutan, jika dimasukkan dalam larutan yang bersifat asam, basa atau garam yang
memiliki pH berbeda-beda akan memberikan warna-warna yang berbeda pula.
Perhatikan tabel 2.7 di bawah ini!
Sedangkan jika menggunakan indikator universal bentuk kertas untuk
mengetahui sifat asam, basa atau garam adalah dengan cara mencelupkan kertas
tersebut ke dalam larutan yang hendak kita ketahui pHnya. Kemudian warna yang
muncul dicocokkan dengan cakram warna standar yang terdapat pada kemasan
indikator tersebut. Larutan bersifat netral jika pH = 7, larutan bersifat asam
jika pH < 7, dan larutan bersifat basa jika pH > 7.
Buffer
1 Vote
English:
Buffer solution- Buffer capacity for pKa=7 as percentage of maximum (Photo
credit: Wikipedia)
pH suatu
larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan meningkatnya
konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH
karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi OH-. Penambahan air
pada larutan asam dan basa akan mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam
atau basanya akan mengecil. Namun, ada larutan yang bila ditambah sedikit asam,
basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti. Larutan yang demikian disebut
dengan larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau dapar).
Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut merupakan
konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri.
Dengan demikian, larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi
suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. (Keenan et
al., 1980)
Secara
umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:
- Asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat asam.
- Basa lemah (B) dan basa
konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat
basa. (Purba, 1994)
Komponen
larutan penyangga terbagi menjadi (Keenan et al., 1980):
- Larutan penyangga yang
bersifat asam
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat
dari asam lemah dan garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari asamnya).
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat,
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada
umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida,
barium hidroksida, kalsium hidroksida, dan lain-lain.
- Larutan penyangga yang
bersifat basa
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini dapat dibuat
dari basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun cara lainnya
yaitu: mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.
Adapun
sifat-sifat larutan penyangga diketahui sebagai berikut (Syukri, 1999):
1.
Mempunyai pH tertentu
pH buffer
dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:
pH = pKa
+ log [garam]/[asam]
pOH = pKb
+ log [garam]/[basa]
pH buffer
bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan perbandingan konsentrasi
asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa lemah dengan
konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya (Purba, 1994):
a. Reaksi
ionisasi asam lemah:
HA(aq)
↔ H+(aq) + A-(aq)
Tetapan
ionisasinya dilambangkan dengan Ka
Ka = [H+][A-]
/ [HA]
b. Reaksi
ionisasi basa lemah:
LOH(aq)
↔ L+(aq) + OH-(aq)
Tetapan ionisasinya
dilambangkan dengan Kb
Kb = [L+][OH-]
/ [LOH]
2. pHnya
relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.
3. pHnya
tidak berubah jika diencerkan.
Telah
disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan
asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat
tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan
penyangga (Syukri, 1999):
Larutan
penyangga asam
Sebagai contoh
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung CH3COOH
dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya
sebagai berikut:
-
Pada penambahan asam
Penambahan
asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+
yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO-
membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq)
+ H+(aq) → CH3COOH(aq)
-
Pada penambahan basa
Jika yang
ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan
bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH),
bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH
membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq)
+ OH-(aq) → CH3COO-(aq)
+ H2O(l)
Larutan
penyangga basa
Sebagai
contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung
NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan.
Prosesnya sebagai berikut:
-
Pada penambahan asam
Jika
ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-.
Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi
ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukan ion OH-.
Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3
(aq) + H+(aq) → NH4+
(aq)
-
Pada penambahan basa
Jika yang
ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi
ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan
komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3)
dan air.
NH4+
(aq) + OH-(aq) → NH3 (aq)
+ H2O(l)
Untuk
menghitung pH larutan buffer digunakan cara sebagai berikut (Purba,
1994):
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam
suatu larutan dengan rumus berikut:
[H+]
= Ka x a/g atau
pH = p Ka – log a/g
dengan, Ka
= tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam
suatu larutan dengan rumus berikut:
[OH-]
= Kb x b/g atau
pH = p Kb – log b/g
dengan, Kb
= tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
Menurut
Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer
(yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer).
Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam yang
terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke
kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat
atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya
besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat
menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit.
Sehingga dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer
dapat menahan perubahan [H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang
diizinkan hanyalah sekitar 2. Ka atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer
hanya efektif pada daerah pH tertentu yang disebut rentang daerah buffer.
Sesungguhnya penambahan asam/basa pada suatu buffer akan mengubah
pH-nya, namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika
jumlah asam/basa yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat
diabaikan lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer
sebelum pH larutan berubah disebut kapasitas buffer .
Kapasitas/daya
tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan perbandingan mol dari
komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin
besar kemampuannya mempertahankan pH. Apabila komponen asam terlalu sedikit,
penambahan sedikit basa dapat mengubah pHnya. Sebaliknya apabila komponen
basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit asam dapat mengubah pHnya.
Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga
sebaiknya antara 0,1-10. Di luar perbandingan tersebut, maka sifat penyangganya
akan berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan
penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4-
-HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama
dalam cairan ekstrasel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3
– HCO3-). Sistem penyangga ini dapat menjaga pH darah
hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al., 1980).
Sumber:
Achmad,
H. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar : Kimia Larutan. Bandung: Citra
Adhya Bhakti.
Keenan,
C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H. 1980. General College Chemistry, 6th
edition. Knoxville: Harper and Row Publisher, Inc.
Purba, M.
1994. Kimia untuk SMA kelas XI: 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Syukri,
S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press.
A. Sifat-Sifat Asam, Basa, dan
Garam
Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka
adalah asam asetat. Basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu.
Seperti halnya dengan sabun, basa
bersifat kaustik (licin), selain itu basa juga bersifat alkali (bereaksi dengan
protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian). Rasa
pahit merupakan salah satu sifat zat yang bersifat basa.
Kita dapat mengenali asam dan
basa dari rasanya. Namun, kita dilarang mengenali asam dan basa dengan
cara mencicipi karena cara tersebut bukan merupakan cara yang aman. Untuk
mengidentifikasi asam dan basa yang baik dan aman dapat dengan menggunakan
indikator. Indikator yaitu suatu bahan yang dapat bereaksi dengan asam,
basa, atau garam sehingga akan menimbulkan perubahan warna.
1. Asam
Asam merupakan salah satu
penyusun dari berbagai bahan makanan dan minuman, misalnya cuka, keju, dan
buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air akan
melepaskan ion H+. Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen),
sehingga rumus kimia asam selalu mengandung atom hidrogen. Ion adalah atom
atau sekelompok atom yang bermuatan listrik. Kation adalah ion yang bermuatan
listrik positif. Adapun anion adalah ion yang bermuatan listrik negatif.
Sifat khas lain dari asam adalah
dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer, dan keramik.
Reaksi antara asam dengan logam bersifat korosif. Contohnya, logam besi dapat
bereaksi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk Besi (II) klorida
(FeCl2).
Tabel beberapa contoh asam
Tabel
Asam Kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan asalnya, asam
dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organik dan asam anorganik.
Asam organik umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat
di alam. Asam anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena
sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam anorganik banyak digunakan di berbagai
kebutuhan manusia.
Buah yang
bersifat Asam
2.Basa
Dalam keadaan murni, basa umumnya
berupa kristal padat dan bersifat kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti
deodoran, obat maag (antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa.
Basa adalah suatu senyawa yang
jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat melepaskan ion hidroksida (OH-). Oleh
karena itu, semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH.
Jika diketahui rumus kimia suatu
basa, maka untuk memberi nama basa, cukup dengan menyebut nama logam dan
diikuti kata hidroksida.
Tabel beberapa contoh Basa
Tabel
Basa Kehidupan Sehari-hari
Perbedaan Sifat Asam dan Basa
Perbedaan
Sifat Asam Basa
3. Garam
Orang mengalami sakit perut
disebabkan asam lambung yang meningkat. Untuk menetralkan asam lambung (HCl)
digunakan antacid. Antacid mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan
asam lambung (HCl).
Umumnya zat-zat dengan sifat yang
berlawanan, seperti asam dan basa cenderung bereaksi membentuk zat baru. Bila
larutan asam direaksikan dengan larutan basa, maka ion H+ dari asam akan
bereaksi dengan ion OH- dari basa membentuk molekul air.
H+ (aq) + OH- (aq) —> H2O (ℓ)
Asam
Basa
Air
Karena air bersifat netral, maka
reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan.
Ion-ion ini akan bergabung
membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila garam yang terbentuk ini mudah
larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap ada di dalam larutan. Tetapi jika
garam itu sukar larut dalam air, maka ion-ionnya akan bergabung membentuk suatu
endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa disebut juga reaksi penggaraman karena
membentuk senyawa garam.
Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut!
Asam + Basa —> Garam + Air
Asam klorida + Natrium hidroksida
—> Natrium klorida + air
HCl (aq) + Na OH (aq) —> Na Cl
(aq) + H2O (ℓ)
Asam
Basa
Garam
Air
Walaupun reaksi asam dengan basa
disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi (garam) tidak selalu bersifat
netral. Sifat asam basa dari larutan garam bergantung pada kekuatan asam dan
basa penyusunnya.
Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa kuat bersifat netral, disebut garam normal, contohnya NaCl dan KNO3.
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam dan disebut
garam asam, contohnya adalah NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat bersifat basa dan disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa.
Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH,
Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
Tabel beberapa contoh garam
Tabel
Garam Kehidupan Sehari-hari
4. Larutan Asam, Basa, dan Garam
Bersifat Elektrolit
Ketika seseorang mencari ikan
dengan menggunakan ”setrum” atau aliran listrik yang berasal dari
aki, apa yang terjadi setelah beberapa saat ujung alat yang telah dialiri
arus listrik itu dicelupkan ke dalam air sungai? Ternyata ikan yang berada di
sekitar ujung alat itu terkena aliran listrik dan pingsan atau mati.
Apakah air dapat menghantarkan
listrik?
Sebenarnya air murni adalah
penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi bila dilarutkan asam, basa,
atau garam ke dalam air maka larutan ini dapat menghantarkan arus listrik.
Zat-zat yang larut dalam air dan dapat membentuk suatu larutan yang
menghantarkan arus listrik dinamakan larutan elektrolit. Contohnya adalah
larutan garam dapur dan larutan asam klorida. Zat yang tidak menghantarkan arus
listrik dinamakan larutan nonelektrolit. Contohnya adalah larutan gula dan
larutan urea.
Untuk mengetahui suatu larutan
dapat menghantarkan arus listrik atau tidak, dapat diuji dengan alat penguji
elektrolit. Alat penguji elektrolit sederhana terdiri dari dua elektroda yang
dihubungkan dengan sumber arus listrik searah dan dilengkapi dengan lampu,
serta bejana yang berisi larutan yang akan diuji. Mari kita lakukan kegiatan
berikut untuk mengetahui apakah asam, basa, dan garam dapat menghantarkan arus
listrik.
B. Identifikasi Asam, Basa, dan
Garam
Banyak sekali larutan di sekitar
kita, baik yang bersifat asam, basa, maupun netral. Cara menentukan sifat asam
dan basa larutan secara tepat yaitu menggunakan indikator. Indikator yang dapat
digunakan adalah indikator asam basa. Indikator adalah zat-zat yang menunjukkan
indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan garam. Cara menentukan senyawa
bersifat asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas lakmus dan larutan
indikator atau indikator alami.
Berikut adalah beberapa cara
menguji sifat larutan.
1. Identifikasi dengan Kertas
Lakmus
Warna kertas lakmus dalam larutan
asam, larutan basa dan larutan bersifat netral berbeda. Ada dua macam kertas
lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas
lakmus tersebut adalah sebagai berikut.
a. Lakmus merah dalam larutan
asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru.
b. Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa
berwarna biru.
c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna.
Identifikasi
Kertas Lakmus
2. Identifikasi Larutan Asam dan
Basa Menggunakan Indikator Alami
Cara lain untuk mengidentifikasi
sifat asam atau basa suatu zat dapat menggunakan indikator alami. Berbagai
bunga yang berwarna atau tumbuhan, seperti daun, mahkota bunga, kunyit, kulit
manggis, dan kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator asam basa.
Ekstrak atau sari dari bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang berbeda
dalam larutan asam basa.
Indikator
Alami
Sebagai contoh, ambillah kulit
manggis, tumbuklah sampai halus dan campur dengan sedikit air. Warna kulit
manggis adalah ungu (dalam keadaan netral). Jika ekstrak kulit manggis
dibagi dua dan masing-masing diteteskan larutan asam dan basa, maka
dalam larutan asam terjadi perubahan warna dari ungu menjadi
cokelat kemerahan. Larutan basa yang diteteskan akan mengubah
warna dari ungu menjadi biru kehitaman.
C. Penentuan Skala Keasaman dan
Kebasaan
1. Kekuatan Asam dan Basa
Kekuatan suatu asam atau basa
tergantung bagaimana senyawa tersebut dapat diuraikan menjadi ion-ion
dalam air. Peristiwa terurainya suatu zat menjadi ion-ionnya dalam air
disebut ionisasi. Asam atau basa yang terionisasi secara sempurna dalam
larutan merupakan asam kuat atau basa kuat. Sebaliknya asam atau
basa yang hanya terionisasi sebagian merupakan asam lemah atau
basa lemah.
Jika ingin mengetahui kekuatan
asam dan basa maka dapat dilakukan percobaan sederhana. Perhatikan nyala
lampu saat mengadakan percobaan uji larutan elektrolit. Bila nyala lampu
redup berarti larutan tergolong asam atau basa lemah, sebaliknya
apabila nyala lampu terang berarti larutan tersebut tergolong asam
atau basa kuat.
Uji
Kekuatan Asam Basa
Asam kuat atau asam lemah pada
konsentrasi yang sama menghantarkan listrik yang berbeda. Nyala lampu pada
Gambar (a) tampak redup. Ini berarti larutan yang diuji berupa asam
lemah atau basa lemah. Adapun pada Gambar (b) lampu menyala terang,
menandakan bahwa larutan yang diuji berupa asam kuat atau basa kuat.
2. Derajat Keasaman dan Kebasaan
(pH dan pOH)
Pada dasarnya derajat/tingkat
keasaman suatu larutan (pH = potenz Hydrogen)) bergantung pada konsentrasi
ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ semakin asam
larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ pada
larutan sangat kecil, maka untuk menyederhanakan penulisan digunakan
konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan
negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika
dinyatakan dengan persamaan
pH = – log (H+)
Analog dengan pH, konsentrasi ion
OH– juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH (Potenz
Hydroxide) dinyatakan dengan persamaan berikut.
pOH = – log (OH-)
Derajat keasaman suatu zat (pH)
ditunjukkan dengan skala 0—14.
a. Larutan dengan pH < 7
bersifat asam.
b. Larutan dengan pH = 7 bersifat
netral.
c. Larutan dengan pH > 7
bersifat basa.
Jumlah harga pH dan pOH = 14.
Misalnya, suatu larutan memiliki pOH = 5, maka harga pH = 14 – 5 = 9.
Harga pH untuk beberapa jenis zat yang dapat kita temukan di lingkungan
sehari-hari dinyatakan dalam Tabel.
Tabel Harga pH untuk Beberapa
Jenis Zat
Tabel pH
3. Menentukan pH Suatu Larutan
Derajat keasaman (pH) suatu
larutan dapat ditentukan menggunakan indikator universal, indikator stick,
larutan indiaktor, dan pH meter.
a. Indikator Universal.
Indikator universal merupakan
campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu
larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua
macam yaitu indikator yang berupa kertas dan larutan.
b. Indikator Kertas (Indikator
Stick)
Indikator kertas berupa kertas
serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta
warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke
dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan
peta warna yang tersedia.
Indikator
Universal
c. Larutan Indikator
Salah satu contoh indikator
universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange =
MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH
lebih dari 7 warnanya menjadi kuning.
Larutan
Asam Basa
Larutan
Indikator
Contoh indikator cair lainnya
adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8,
fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah anggur apabila pH
larutan di atas 10.
d. pH Meter
Pengujian sifat larutan asam basa
dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan cara
dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka
skala yang menunjukkan pH larutan.
pH meter
digital
BUFEER
DAN KAPASITAS BUFFER
A.
TUJUAN
Adapun tujuan pada percobaan ini adalah untuk memperkenalkan cara pembuatan
buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.
B.
LANDASAN TEORI
Menurut teori Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H +
disebut asam dan basa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH
- . Kemudian Bronsted – Lowry
mengemukakan teori bahwa asam adalah spesi yang memberi H + ( donor
proton ) dan basa adalah spesi yang menerima H + (akseptor proton).
Namun Lewis
lebih menekankan pada perpindahan elektron bukan pada perpindahan proton,
sehingga ia mendefinisikan : asam penerima pasangan elektron dan basa adalah
donor pasangan elekton (Milady, 2010).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar
merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu.Adapun
sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan
penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.Disamping itu
larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.Reaksi
ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat
berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Zulfiky, 2003).
Pada dasarnya suatu larutan penyangga yang tersusun
dari asam lemah dan basa konjugasi merupakan suatu sistem kesetimbangan ion
dalam air, yang melibatkan adanya kesetimbangan air dan kesetimbangan asam
lemah. Di samping itu, terdapat ion basa konjugasi yang berasal dari garam atau
hasil reaksi antara asam lemah tersebut dengan basa kuat (Sudarmo, 2005).
Buffer dapat di defenisikan sebagai campuran
asam/basa lemah dengan garamnya. Fungsi buffer adalah untuk mempertahankan pH
larutan saat ditambahkan asam/basa lemah dalam jumlah relatif sedikit.
Kapasitas buffer adalah parameter kuantitatif yang menunjukkan kekuatan
(resistensi) untuk mempertahankan pH. (Chang R, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar.
Penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan
berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar dapat pula
disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak
mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negative sekalipun
kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai koefisien kereaktifan ia
juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah. Nilai pengenceran yang
positif menunjukkan bahwa harga pH akan naik akibat pengenceran sedang nilai
pengenceran negative menunjukkan bahwa nilai pH turun dengan adanya pengenceran
dapar (Martin, 1990).
Buffer adalah larutan yang memilki sifat dapat
mempertahankan atau relatif tidak mengubah pH dengan adanya penambahan sedikit
asam dan sedikit basa atau adanya pengenceran. Buffer disebut juga larutan
penyangga atau dapar. Larutan penyangga terdiri atas asam lemah dengan
basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya.
Mekanisme kerja larutan buffer adalah menetralkan
asam maupun basa dari luar. Masing-masing komponen dalam larutan buffer mampu
menetralkan asam maupun basa darii luar. Komponen asam lemah dan basa konjugasi
dalam larutan buffer asam membentuk sistem kesetimbangan .
Larutan
buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat
dengan cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa
konjugasinya secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat
dengan mencampurkan sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah
berlebih. Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan basa konjugasi yang
terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer asam.
Larutan
buffer sederhana dapat dibuat dengan menambahkan asam asetat (CH3COOH)
dan natrium asetat (CH3COONa) dalam jumlah yang sama ke dalam air.
Konsentrasi kesetimbangan baik asam maupun basa konjugat (dari CH3COONa)
diasumsikan sama dengan konsentrasi awalnya. Ini karena (1) CH3COOH
adalah asam lemah dari hidrolisis ion CH3COO- sangat
kecil dan (2) keberadaan ion CH3COO- menekan ionisasi CH3COOH
dan keberadaan CH3COOH menekan hidrolisis ion CH3COO-.
Larutan yang mengandung kedua zat ini mampu menetralkan asam atau basa yang
ditambahkan.Natrium asetat, suatu elektrolit kuat, terionisasi sempurna dalam
air. Dalam buffer asam misalnya molekul HA dan ion A- ada
bersama. Bila asam ditambahkan, maka sebagian besar kelebihan proses diambil
oleh basa. Bila basa ditambahkan, maka sebagian besar ion hidroksida bereaksi
dengan asam yang tak teroksidasi.
Pada
percobaan yang kami lakukan, NaOH yang ada di dalam buret dimasukkan ke dalam
10 ml larutan asam fospat. Tiap penambahan 0,1 ml NaOH diamati perubahan pHnya
dengan menggunakan pH Meter, namun terlebih dahulu diukur pH awalnya. Pada
percobaan, pH awal dari asam fosfat adalah 2,63. Kemudian berdasarkan table
pengamatan, pada penambahan 1 tetes (0,1 ml) larutan natrium hidroksida pHnya
menjadi 2,82 , penambahan 10 tetes(1 ml) pHnya 3,75. Kemudian pada penambahan
30 tetes (3 ml) pH berubah menjadi 7,09. Pada penambahan 42 tetes(4 ml)
perubahan pH menjadi 10,21.Hal tersebut juga dapat diamati melalui grafik.
Dari
percobaan yang dilakukan, perubahan pH yang terjadi secara umum mengalami
perubahan yang meningkat, dimana perubahan pH ini akhirnya menjadi stabil dan
konstan seperti yang ditunjukkan pada kurva. Dalam bidang farmasi (obat-obatan)
banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan
menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Untuk
obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan
dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH
air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada
mata. Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak
menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.
G.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat duambil dari percobaan yaitu:
Buffer
dibuat dengan mencampurkan asam lemah/basa lemah dan garamnya dengan
perbandingan tertentu.Penetapan pH larutan menggunakan metode titrasi dan
pengukurannya dapat menggunakan pH meter. Penentuan kapasitas buffer dapat
ditentukan dengan perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit
perubahan pH yang terjadi karena penambahan basa itu.